‘Seperti
daun yang gugur tertiup angin’..
Selalu
tentang daun yang terbawa angin..
Mengapa?
Bukankah
ironi sebenarnya milik dahan?
Ditinggalkan
Tanpa bisa
berontak
Ditinggalkan
Dan tak
bisa menolak
Ditinggalkan
Diam
Berpasrah
Sudah
seharusnya
Mengapa
selalu daun yang menjadi sorotan?
Bukankah
ia terbang, melihat dunia baru bersama angin?
Sedangkan
dahan?
Berjuang
bertahan,
Diam, tak
bisa beranjak
Terpaku,
dipaksa melihat, mengulang semua kenangan
Menunggu,
akan daun lain untuk tumbuh
Hanya untuk
kembali direnggut oleh angin
Jadi untuk
apa dahan?
Tetapi
apakah hanya segitu?
Dahan yang
tersakiti, daun yang pergi
Bukan kah
daun sudah mencoba bertahan
Hanya untuk
layu
Karena daun
tak hanya Satu
Salahkah
bila pada akhirnya daun tergoda
Oleh angin
yang terus berhembus membisikan dunia
Karena mati
tak bisa dihidari
Dan terbang
lebih baik daripada meratapi diri
Maka daun
terbang, melihat dunia lalu mati
Sedangkan dahan
dikutuk untuk diam dan menerima
Angin
kembali mencari, hanya untuk ditinggal lagi
Cinta
memang berbahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar